BAB 1.POOPO SELAYANG PANDANG: MONOGRAFI POOPO
POOPO SELAYANG PANDANG: MONOGRAFI POOPOGeografi dan PendudukLetak, Batas dan KetinggianJarak Jalan Raya Poopo Terhadap Beberapa Tempat di Tanah MinahasaIklim dan Cuaca Poopo
Luas Daerah Kepolisian Poopo
Penduduk
Kepala Pemerintahan Poopo Sepanjang Masa
Mata Pencaharian
Adat istiadat/kebiasaan (kebudayaan)
Perkawinan
Kepercayaan
Pendidikan
Tokoh-tokoh asal Poopo
GEOGRAFI DAN PENDUDUK
Letak, Batas dan Ketinggian
Letak Administrasi
Poopo terletak di daerah Minahasa bagian selatan,
berada di sebelah barat kuala Ranoiapo dan di selatan kota Motoling dan
Pontak, pada dataran rendah Ranoiapo. Poopo berada di Kecamatan
Ranoyapo, dalam Kabupaten Minahasa Selatan, yang merupakan bagian dari
Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Poopo berada di ujung utara Pulau
Sulawesi, yang berada di gugusan Kepulauan Nusantara dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), di mana NKRI termasuk pada
benua Asia.
Pada masa Hindia-Belanda dulu, negeri1
Poöpo berada di Distrik Tompaso (yang ibu negerinya berada di Tompaso
di Minahasa Tengah) dalam Afdeling Amurang di Keresidenan Manado.
Kemudian negeri Poöpo berada di bawah Distrik Tompaso (yang ibu
negerinya berada di Kumelembuai2).
Perkembangan selanjutnya, desa Poopo berada di bawah Kecamatan Motoling sejak tahun 1959.3 Kemudian desa Poopo berada di bawah Kecamatan Persiapan Ranoyapo yang pada tahun
Setelah
Kabupaten Minahasa Selatan resmi berdiri lepas dari Kabupaten Minahasa
dengan dilantiknya penjabat Bupati Drs. Ramoy M. Luntungan, maka desa
Poopo semakin terbuka lebar untuk dimekarkan menjadi tiga desa. Tanggal
28 Desember 2006 yang
baru lalu, Poopo resmi dimekarkan menjadi tiga oleh Bupati Minahasa
Selatan menjadi desa Poopo, desa Poopo Utara dan desa Poopo Barat.
Batas-batas
Ketinggian
Batas-batas
Ketinggian
Kuala-kuala yang terutama di Poopo di antaranya:
- Kuala Pangian di ya.
- Kuala Tumicakal di
- Kuala Sigitoy
- Kuala Torout .
- Kuala Wa’kan
Semua kuala ini bermuara di Kuala Ranoiapo yang merupakan kuala terpanjang di Minahasa (53,8 km).5
Gambar ... Lokasi Poopo di Dataran Lembah Kuala Ranoiapo (spesifik) dipantau dari satelit.
Gambar ... Lokasi Poopo di Dataran Lembah Kuala Ranoiapo dipantau dari satelit (spesifik).
Gambar ... Lokasi Poopo di Dataran Lembah Kuala Ranoiapo dari arah Teluk Amurang, yang dipantau dari satelit (3 Dimensi).
Gambar ... Batas-batas Kabupaten Minahasa Selatan berdasarkan UU No. 10 Tahun 2003.
Poopo (pasar?) menuju:
Poopo – Ranoyapo = 2.90 km
Poopo – Pertigaan Mopolo (Pontak) = 1.30 km
Poopo – Mopolo = 4.30 km
Poopo – Pontak = 2 km
Poopo – Pertigaan Lompad = 5.60 km
Poopo – Lompad = 7.73 km
Poopo – Pertigaan Raanan Lama = 9 km
Poopo – Raanan Lama = 11.18 kmPoopo – Torout = 5 km
Poopo – Tompaso Baru = 7.34 km
Poopo – Modoinding = 32 km
Poopo – Motoli
Poopo – an Kapitu = 36 km
Poopo – Kawangkoan Bawah = 40.47 km
Poopo – Amurang = 43.67 km
Poopo – Ranoyapo = 2.90 km
Poopo – Pertigaan Mopolo (Pontak) = 1.30 km
Poopo – Mopolo = 4.30 km
Poopo – Pontak = 2 km
Poopo – Pertigaan Lompad = 5.60 km
Poopo – Lompad = 7.73 km
Poopo – Pertigaan Raanan Lama = 9 km
Poopo – Raanan Lama = 11.18 kmPoopo – Torout = 5 km
Poopo – Tompaso Baru = 7.34 km
Poopo – Modoinding = 32 km
Poopo – Motoli
Poopo – an Kapitu = 36 km
Poopo – Kawangkoan Bawah = 40.47 km
Poopo – Amurang = 43.67 km
Poopo – Manado = 102.08 km
Poopo – Tumpaan = 51.63 km
Poopo – Kawangkoan = 80.83 km
Poopo – Watu Pinawetengan = 83.89 km
Poopo – Tompaso via Kawangkoan = 14.58 km
Poopo – Langowan via Kawangkoan = 91.41 km
Poopo – Kawangkoan = 80.83 km
Poopo – Watu Pinawetengan = 83.89 km
Poopo – Tompaso via Kawangkoan = 14.58 km
Poopo – Langowan via Kawangkoan = 91.41 km
Poopo – Tombatu via Amurang = 128.65 km
Iklim dan Cuaca Poopo7
Iklim
Poopo adalah panas. Dari November sampai April bertiup angin Barat dan
dari bulan Mei sampai Oktober bertiup angin Selatan. Hujan panas
rata-rata terjadi dalam setahun. Cuaca Poopo beberapa tahun sebelumnya,
pada setiap hari diwaktu pagi ditutup oleh embun sampai sekitar pukul
09.00. Namun kini embun hanya menyelimuti Poopo kira-kira sampai jam
06.00. Pada waktu musim kemarau perbedaan suhu sangat terasa yaitu siang
terlalu panas dan malam hari terlalu dingin.
Luas Daerah Kepolisian Poopo8
Luas keseluruhan Poopo, yaitu gabungan desa Poopo, desa Poopo Utara dan desa Poopo Barat adalah xxx
Penduduk9
Jumlah penduduk
Poopo pada tahun 1973 adalah 2.176 jiwa. Pada tahun 2006 jumlah
penduduk Poopo secara keseluruhan (Poopo, Poopo Utara, Poopo Barat)
adalah 891 KK dan 3.115 jiwa.
Jumlah
penduduk negeri Poopo pada tahun 1873 ada 362 jiwa, dengan catatan
bahwa sekitar tahun 1859 ada sejumlah 40 keluarga yang mengungsi ke
Bolmong bersama-sama aksi Pemberontakan Mintjelungan yang dipimpin oleh
Tonaas Poopo (Ukung Tua), yaitu Apo Dotu Mintjelungan.
Kepala Pemerintahan Poopo Sepanjang Masa
Desa PoopoApo/Dotu Menajang Pendiri
Apo/Dotu Manese ±1750 – ±1800 Tonaas
Apo/Dotu Mintjelungan ±1800 – ±1860 Tonaas
Tandundi (Cornelius Kawatu) ±1860 – ±1875 Paukum (Ukung Tua)
Moge (Frederik Menajang) ±1875 – 1892 Hukum Tua
Karel Assa 1892 – 1903 Penjabat Hukum Tua
Abedneju F. Menajang 1903 – 1908 Hukum Tua
Lambertus Talumepa 1908 – 1910 Penjabat Hukum Tua
Abedneju F. Menajang 1910 – 1934 Hukum Tua Bintang
Eduard Menajang 1934 – 1936 Penjabat Hukum Tua
Ernst Z. Talumepa 1936 – 1946 Hukum Tua
Eric Londa 1946 – 1947 Penjabat Hukum Tua
Bern A. Menajang 1947 – 1952 Hukum Tua
Pieter Kawatu 1952 – 1953 Hukum Tua
Gradus Mamarimbing 1953 – 1960 Hukum Tua
Bern A. Menajang 1960 – 1962 Hukum Tua
Paulus M. Assa 1962 – 1965 Hukum Tua
Nico Sengkey 1965 – 1967 Penjabat Hukum Tua
Jantje H. Menajang 1967 – 1971 Hukum Tua
W.F.T. (Ampe’) Purukan 1971 – 1977 Penjabat Hukum Tua
Hans Werung 1977 – 1981 Penjabat Kepala Desa
J.A. (Yo’) Assa 1981 – 1989 Kepala Desa
Hans Werung 1989 – Kepala Desa
Beret Menayang – 2002 Kepala Desa
Kawatu Tuang Talumewo 2002 – kini Hukum Tua
Apo/Dotu Manese ±1750 – ±1800 Tonaas
Apo/Dotu Mintjelungan ±1800 – ±1860 Tonaas
Tandundi (Cornelius Kawatu) ±1860 – ±1875 Paukum (Ukung Tua)
Moge (Frederik Menajang) ±1875 – 1892 Hukum Tua
Karel Assa 1892 – 1903 Penjabat Hukum Tua
Abedneju F. Menajang 1903 – 1908 Hukum Tua
Lambertus Talumepa 1908 – 1910 Penjabat Hukum Tua
Abedneju F. Menajang 1910 – 1934 Hukum Tua Bintang
Eduard Menajang 1934 – 1936 Penjabat Hukum Tua
Ernst Z. Talumepa 1936 – 1946 Hukum Tua
Eric Londa 1946 – 1947 Penjabat Hukum Tua
Bern A. Menajang 1947 – 1952 Hukum Tua
Pieter Kawatu 1952 – 1953 Hukum Tua
Gradus Mamarimbing 1953 – 1960 Hukum Tua
Bern A. Menajang 1960 – 1962 Hukum Tua
Paulus M. Assa 1962 – 1965 Hukum Tua
Nico Sengkey 1965 – 1967 Penjabat Hukum Tua
Jantje H. Menajang 1967 – 1971 Hukum Tua
W.F.T. (Ampe’) Purukan 1971 – 1977 Penjabat Hukum Tua
Hans Werung 1977 – 1981 Penjabat Kepala Desa
J.A. (Yo’) Assa 1981 – 1989 Kepala Desa
Hans Werung 1989 – Kepala Desa
Beret Menayang – 2002 Kepala Desa
Kawatu Tuang Talumewo 2002 – kini Hukum Tua
Desa Poopo Utara
Mitsuwi Manuel Talumewo 2006-2008 Penjabat Hukum Tua
Maxi Londa 2008-sekarang Hukum Tua
Mitsuwi Manuel Talumewo 2006-2008 Penjabat Hukum Tua
Maxi Londa 2008-sekarang Hukum Tua
Desa Poopo BaratDesmon Londa 2006- Penjabat Hukum Tua
MATA PENCAHARIAN
Mata pencarian Poopo sebagian besar adalah petani. Sebagian kecil lagi menjadi pekerja paruh waktu.
Salah satu kegemaran penduduk pada waktu lampau adalah menangkap ikan (udang) di kuala-kuala. Ini disebut ma’samoi. Kata ma’samoi artinya memperguna-kan alat penangkap udang yaitu lidi pohon seho (enau) yang disusun serta diikat menjadi satu pukat.
Kaum wanita di kampung Poopo tempo dulu pandai membuat anyam-anyaman berupa tikar, dan lain sebagainya.
Pada
masa pemerintahan Kuntua Bintang Abednego F. Menajang, sudah pernah
diadakan pengolahan tambang emas oleh Belanda yang dipimpin olrh Ir.
Stormer. Pengolahan ini sudah berhasil, tetapi kemudian dihentikan
berhubung rakyat meminta 50 % dari hasil tersebut.
ADAT ISTIADAT/KEBIASAAN (KEBUDAYAAN)
Pada mulanya pakaian penduduk Poopo terbuat dari kulit kayu yang disebut momok. Kulit kayu itu diambil dari kayu momok. Adapun pakaian mereka terdiri dari:10
- Laweng (cawat), ialah pakaian yang menutupi bagian muka sampai ke belakang. Kedua ujung laweng ini dihubungkan dengan tali ikat pinggang.
- Solowiat, ialah pakaian dari kain yang menutupi bagian muka. Ujung salah satu dari kain itu dihubungkan dengan tali ikat pinggang. Laweng dan Solowiat itu lama-kelamaan mulai lenyap pada waktu Perang Dunia Ke-1 (1914-1918).
Pergaulan
dan perhubungan penduduk sehari-hari amat baik sekali. Salah satu
contoh yaitu anak-anak menghormati orang tua. Pada waktu lampau,
penduduk pandai membuat sarung parang yang diukir, sekarang tidak lagi.11
Perkawinan
tempo dulu dilakukan berdasarkan persetujuan, musyawarah kedua belah
pihak, yaitu antara orang tua pria dan orang tua wanita (maso minta).
Orang tua prialah yang berkewajiban pergi melawati (mengunjungi) orang
tua wanita. Perlawatan semacam ini lazim disebut meminang atau tumenga’. Kemudian, kata sepakat antara orang-orang tua kedua belah pihak dilakukan dengan tradisi antar harta,
yaitu berupa tanah, hewan dan lainnya. Semua ini merupakan pengorbanan
dari pihak keluarga pria. Sebelum menikah, pihak pria diwajibkan
membantu orang tua wanita (pengabdian pria).
embutuhkan bantuan orang tua atau dengan kata lain tinggal bersama-sama dengan orang tua.
Kebiasaan
perkawinan ini sudah ada perubahan, hanya yang masih berlaku yaitu
perlawatan (maso minta) dari orang tua pria dan antar harta
(peminangan).
Dukun (orang hobatan)
atau walian hingga beberapa puluh tahun lalu masih berlaku, akan tetapi
hanya sedikit. Dukun berkurang disebabkan pengaruh agama Kristen.
KEPERCAYAAN
PENDIDIKAN
DAFTAR URUTAN PIMPINAN PENDIDIKAN/KEPALA SEKOLAH DASAR POOPO
Pada
tahun 1963, dibuka sebuah sekolah lanjutan pertama di sebelah SD GMIM I
Poopo, yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri Poopo filial
Tompaso Baru. SLTP ini merupakan cabang dari SLTP Negeri Tompaso Baru.13
Pada
waktu satu tim peninjau melakukan pengecekan terhadap kelayakan
pembentukan SLTP di Pontak, maka SMP Pontak meminjam sejumlah besar
murid SLTP Poopo untuk belajar sementara di SLTP Pontak itu pada saat
tim tersebut berkunjung, sehingga mempengaruhi opini dari tim tersebut
bahwa SLTP Pontak sudah layak menjadi satu sekolah yang mandiri.14
1 Dahulu kampung di Minahasa dan Minangkabau disebut negeri.
Pengertiannya lebih mengarah ke “pemukiman merdeka”, karena sistem yang
dipegang Minahasa tempo dulu adalah “republik desa”. Masing-masing
pemukiman adalah sebuah daerah berpemerintahan sendiri (berdaulat).2 Sedangkan ibu negeri Tompaso dimasukkan ke dalam Distrik Kawangkoan dan menjadi ibu negeri distrik tersebut.3 Kecamatan Motoling berdiri sendiri tahun 1959 dengan Camat pertamanya adalah G.N. Salangka. Lihat Boy L. Rondonuwu, Minahasa Tanah Tercinta (Jakarta, 1985), hlm. 109-110.4 Lihat Sejarah Desa Poopo (Poopo, 1973) hasil seminar guru-guru SD GMIM I & II Poopo tanggal 20 Februari 1973, bandingkan Graafland 1898b, 2:LXXX.5 Rondonuwu 1985:10, lihat juga Warokka 2004:83.6 Warokka 2004:637-645 (dari Dinas Perhubungan & Telekomunikasi Kabupaten Minahasa Selatan).7 Lihat Sejarah Desa Poopo (Poopo, 1973), hlm. 2.8 Billy Werung (Sekretaris Desa Poopo), 11 Januari 2007.9 Sejarah Desa Poopo, (Poopo, 1973), Loc. Cit. Sekdes Poopo (Billy Werung), 11 Januari 2007.10 Sejarah Desa Poopo, (Poopo, 1973), Loc. Cit.11 Ibid.12 Sejarah Desa Poopo, (Poopo, 1973), Op. Cit. 3.13 Sejarah Desa Poopo, (Poopo, 1973), Loc. Cit.14 Wawancara Erenst Talumewo, tahun 1999.
BAB 2. SEJARAH AWAL MULA POOPO
SEJARAH AWAL MULA POOPO
Pendirian/tumani wanua PoopoOrang-orang Pertama yang Mendiami Poopo Asal Usul Penduduk yang Mendiami PoopoFaktor-faktor Umum Penyebab Pendatang Tinggal di PoopoAsal mula nama PoopoKisaran Tahun Berdirinya PoopoLiteratur lama yang mencatat nama PoopoKeluarga Dotu Menajang-RegetPoopo dalam Administrasi Pemerintahan dan Administrasi Zending di Minahasa Tempo Dulu
Tentang Wanua Pontak
Tentang Kampung Poopo di Bolaang Mongondow (Poopo Mongondow)
PENDIRIAN/TUMANI WANUA POOPO
Pada tahun 1693 terjadinya sebuah peristiwa besar yaitu ..............
ORANG-ORANG PERTAMA YANG MENDIAMI POOPO
Pada abad ke-18,1
Dotu Menayang bersama istrinya Reget berangkat dari kampungnya di
Minahasa Tengah ke daerah selatan Minahasa di perbatasan antara Minahasa
dan Bolaang Mongondow di daerah kampung Poopo sekarang ini.2
Di sebelah daerah tempat mereka tinggal itu ada kampung yang telah ada
lebih dahulu yaitu kampung Pontak. Setelah keluarga ini merasa bahwa
daerah tempat tinggal ini baik sekali untuk dibuat sebuah pemukiman dan
diusahakan sebagai tempat bertani, maka dipanggilah seorang walian (waranei?)3 yang bernama Tigau untuk meresmikan berdirinya tumani4 ini yang bertugas sebagai walian (pemimpin upacara adat) pada saat tumani tersebut pada sekitar pertengahan abad ke-18. Sesudah tumani
wanua ini didirikan maka sejumlah keluarga dari wanua Pontak dan
beberapa daerah di Minahasa Tengah lainnya berduyun-duyun datang menetap
di desa ini.
Tidak
mungkin wanua Poopo lahir sekitar tahun 1600-an karena hal ini tidak
didukung berdasarkan penelusuran silsilah Dotu Menayang. Ternyata
penelusuran slagbom tersebut dia tidak mungkin lahir di abad tersebut.
Gambar ...Suasana perladangan orang Minahasa tempo dulu (± 1850).
ORANG PERTAMA YANG MENDIAMI POOPO
Dotu Menajang dan istrinya Reget, berasal dari Sonder beserta anaknya yaitu Dotu Sual. Dengan demikian orang pertama yang datang dan mendirikan tumani Popoh adalah:
- Apo/Dotu MENAJANG5
- Apo REGET (istri Apo Menajang)
- Apo/Dotu SUAL (anak Reget, anak tiri Apo Menajang)
- Tigau (berfungsi sebagai walian)
Gambar ...Batu Aitani Poopo ketika dipugar oleh mahasiswa KKN Unsrat Manado tahun 2006.
Gambar ...Batu Aitani Poopo, diletakkan oleh Apo Menajang saat mendirikan tumani Popoh.
1 Abad ke-18 dalam perhitungan kalender dihitung antara tahun 1700 sampai 1799.2
Menurut beberapa penelitian dari tua-tua kampung dalam penyelidikan
mengenai keluarga Menayang-Reget menyimpulkan bahwa Menayang kawin
dengan Reget di Pontak, namun Apo Menayang sendiri tidak menetap di
Pontak tapi segera membuka tumani Popoh. Wawancara Erenst Talumewo, 29-30 Januari 2007.3
Menurut Erenst Talumewo, dalam penyelidikan terhadap tulisan dari opa
Talumepa di Rumoong Bawah Amurang (keduanya bertemu sebelum Pergolakan
Permesta), Tigau adalah seorang waranei. Tulisan tersebut berisi sejarah kampung-kampung di daerah Minahasa Selatan, yaitu di lembah Kuala Ranoiapo.4 Tumani
adalah sebutan untuk sebuah kompleks pemukiman awal yang merupakan
cikal bakal dari sebuah wanua, yang sekarang ini dikenal dengan nama
desa.5 Apo’ adalah istilah yang biasa digunakan oleh orang Tompakewa/Tountemboan untuk istilah“opo”6 Henley 2000:...7 Supit 1986:96, Watuseke 1968:Lamp. IX.8 Bandingkan Ben Booma, Laporan Pelaksanaan KKN di Desa Pontak Kabupaten Minahasa Selatan (Tomohon, 2006).
Orang
Poopo pada umumnya berasal dari Minahasa Tengah, yaitu dari daerah
Sonder, Tompaso, dan Langowan. Hasil dari pengumpulan data-data dari
orang-orang tua Poopo maka
jelaslah bahwa Keluarga Menayang-Reget berasal dari Sonder, dimana Dotu
Menayang berasal dari Sonder, sedangkan istrinya Reget berasal dari
Tompaso.1 Sebagai perbandingan, di Sonder sekarang banyak terdapat fam Menayang.
ASAL USUL PENDUDUK TUMANI WANUA POOPO / ASAL MULA WANUA
- Sonder/Kawangkoan (antara lain Menayang, Reget, Kawatu, Tololiu, Masinambouw)
- Tompaso (Sondak, Reget, Sual, Rindengan, Assa)
- Langowan (Talumewo, Lumintang)
- Pontak (Mamarimbing, Mamusung, Saroinsong)
Dengan demikian Poopo merupakan salah satu bagian dari daerah anaksuku (Pakasaan) Tountemboan dengan bahasa pengantar adalah bahasa Tountemboan dialek makelei.2
- Perselisihan antar walak di
- Hal ini membuat Dotu Menajang berhenti di situ, kemudian membuat tumani yang kemudian dibentuk menjadi sebuah wanua.
ASAL MULA NAMA POOPO
Ada dua dugaan orang tentang asal mula penamaan kampung Poopo di Minahasa Selatan:
- Ai Popoh = rumah bertiang tinggi
Rumah
tinggi demikian didirikan penduduk mula-mula karena mereka berada di
ujung selatan Tanah Minahasa, sedangkan mereka tidak membuat pagar bambu
di sekeliling tumani seperti biasanya sebuah kompleks pemukiman di Minahasa pada masa itu.
Kata “popoh” ini berasal dari bahasa Tombulu yang berarti “rumah/pondok yang berlantai tinggi”
“popo” ada dua artinya (1) menantang dan menahan dengan tangan,
(2) pondok di kebun, lantainya ditinggikan
“po’po’” artinya kelapa
“popo (n=kata benda)”9 artinya pondok; dangau; bangunan sementara yang didirikan di sawah, ladang dsb. Untuk tempat berteduh, makan dsb.
“popo (a=kata sifat)” artinya pendek
“popo (v=kata sifat)” artinya 1. tatang; membawa/mengangkut di atas telapak tangan
2. tadah; tampung (Melayu Manado dafo).
”po’opo’ (n=kata benda)” 1. tanaman/buah kelapa.
2. nama desa di Kabupaten Minaahsa Selatan.
“popo” artinya rumah satu tiang
- Poöpo’ = pohon kelapa
Tidak ada bukti bahwa desa Poopo dinamai menurut pengertian di atas, yaitu yang berhubungan dengan kelapa.
Namun yang diakui oleh orang Poopo adalah popoh. Popoh adalah nama untuk sebuah “sabuah” yang lantainya pitate,
yang ditinggikan, dan rumah itu berdiri di atas tiang-tiang tinggi
(semacam panggung). Menurut tokoh masyarakat Poopo, Erenst Talumewo
rumah itu seperti yang dibuat oleh orang Bolaang-Mongondow, dimana
atapnya (terbuat dari katu) hampir menyentuh tanah tanpa jendela.11
KISARAN TAHUN BERDIRINYA POOPO
Namun kita dapat mengetahui sedekat mungkin mengenai tahun berdiri Poopo dengan mengadakan penyelidikan terhadap beberapa hal:
- Slagbom keluarga dari dotu-dotu kampung Poopo.
- Penyelidikan terhadap slagbom merupakan penyelidikan yang penting karena kita dapat lebih menyederhanakan tahun spesifik dari berdirinya tumani Poopo yang dilakukan oleh pasangan suami istri Menajang dan Reget bersama anak Sual.
- Buku baptisan Resort Kumelembuai (Klasis Kumelembuai dahulu).
- Buku baptisan ini menjadi salah satu faktor penting dalam menyelidiki slagbom Poopo. Cara ini memang belum tentu berhasil. Namun, melihat dari data-data yang terdapat dalam buku baptisan itu yang telah berusia ratusan tahun akan membuat kita penasaran akan kakek-nenek kita yang sejarahnya terlupakan. Data-data baptisan tersebut dapat menjadi acuan serta mempersempit penelitian kita hingga tercapainya suatu data yang akurat dan kredibel.
- Sejarah Poopo yang dituturkan dari mulut ke mulut. Penuturan dari orang-orang tua Poopo akan membuka cara berpikir kita tentang apa yang dipikirkan oleh dotu-dotu kita pada waktu itu. Sejarah Poopo yang disampaikan oleh orang (keturunan) Poopo itu sendiri akan menjadi pembuka tabir yang tidak mungkin diketahui oleh orang luar/penulis dari luar yang hanya mengandalkan literatur dan hipotesa umumyang walaupun dapat diperhitungkan, namun tidak sepenuhnya akurat serta belum tentu benar.
- Sejarah Minahasa pada umumnya. Poopo sebagai bagian integral dari bangsa Minahasa tentunya akan memerlukan sejarah Minahasa itu sendiri untuk diperbandingkan dan menjadi acuan utama dalam penyelidikan ini. Sehingga hasil dari penyelidikan sejarah Poopo akan menambah koleksi sejarah Minahasa pada umumnya. Sejarah Minahasa dapat kita gali dari penuturan orang yang mengerti akan sejarah Minahasa itu sendiri, serta menggali dari literatur sejarah Minahasa yang terbit pada masa Spanyol, Hindia-Belanda, maupun yang baru terbit pada beberapa puluh tahun belakangan ini.
- Perbandingan jumlah penduduk Poopo dan Minahasa pada umumnya. Perbandingan jumlah ini akan dapat membuka jalan lain dari upaya penyelidikan kita ini. Penyelidikan kita dapat periksa data penduduk Minahasa antara tahun 1679 (Kontrak Persahabatan Minahasa-Belanda 10 Januari 1679), 1852 (data dari ahli P. Bleeker yang mengunjungi Minahasa), 1873 (buku pelajaran sekolah zending karangan N. Graafland), 1895 (data dari pemerintah Belanda ataupun NZG), 1930 (Sensus Penduduk Hindia-Belanda), 1940 (Sensus Penduduk Hindia-Belanda). Untuk mencari laju pertambahan penduduk waktu itu.
Slagbom keluarga dari dotu-dotu kampung Poopo
Penyelidikan
terhadap slagbom merupakan penyelidikan yang penting karena kita dapat
lebih menyederhanakan tahun spesifik dari berdirinya tumani Poopo yang dilakukan oleh pasangan suami istri Menajang dan Reget bersama anak Sual.
Ditinjau dari jumlah perbandingan slagbom keluarga dotu-dotu kampung Poopo maka kita dapat memperkirakan tahun berdirinya Poopo.
Ada beberapa hal yang patut kita perhitungkan:
Dalam
sebuah slagbom tete Bram Londa, dicatat bahwa anak dari Apo/Dotu Sual,
yaitu Longkay Sual kawin dengan Kawulanan Rawis (anak Apo/Dotu Rawis)
pada tahun 1770. Bila ia kawin tahun 1770, maka ia sekurang-kurangnya
berumur 15 tahun atau rata-rata usia perkawinan 20-35 tahun. Jadi Dotu
Sual waktu itu sekurang-kurangnya sudah berumur:
15 tahun + 15 tahun = 30 tahun
atau 20 + 20 tahun = 40 tahun
atau 25 + 25 tahun = 50 tahun
Jadi antara 30-50 tahun.
15 tahun + 15 tahun = 30 tahun
atau 20 + 20 tahun = 40 tahun
atau 25 + 25 tahun = 50 tahun
Jadi antara 30-50 tahun.
Bila
kita ambil rata-rata maka kita mendapati bahwa Apo Sual berusia 40
tahun pada tahun 1770. Sedangkan pada waktu pendirian/pembukaan tumani Popoh oleh Menayang-Reget, sekurang-kurangnya ia telah berusia remaja atau telah beranjak pemuda 25 tahun.
Maka 1770 – 25 = 1745,
atau 1770 – 30 = 1740,
atau 1770 – 35 = 1735
Maka 1770 – 25 = 1745,
atau 1770 – 30 = 1740,
atau 1770 – 35 = 1735
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking