kubur Soleman Paulus Wuri (Opo Wuri Muda) di Teling
Waruga Opo Wurik Sombor (Wuri Muda) di Nawanua - Kakaskasen III - Tomohon
Manifestasi Opo Wuri Muda di Kakaskasen III - Tomohon
Watu Pahsaruen ne Wurik Sombor di Kakaskasen III - Tomohon 22 Desember 2007, dengan relief Opo Wuri Muda di sebelah kiri.
*RIWAYAT KEHIDUPAN DARI PADA WURI MUDA (WURIK SOMBOR)
Pada waktu kedatangan bangsa Portugis di tanah Minahasa di zaman
dahulu, maka ayah dari pada Wurik Muda ini yang asli berkebangsaan
Portugis datang dan bertemu dengan ibunya Wurik pada suatu wilayah
kampung tua yang namanya sekarang Kinilow. Ketika bertemu akhirnya kedua
saling jatuh cinta dan akhirnya menikah. Dari pernikahannya ini
kemudian mendapatkan anak yang diberi nama dalam bahasa Portugis.
Ketika wurik muda sudah mulai remaja maka ayahnya mengajak berlayar
ikut kapal Portugis menjelajahi dunia. Dari perjalanan inilah akhirnya
Wurik muda mendapatkan ilmu beberapa bahasa Negara-negara yang sempat
dikunjunginya selain bahasa-bahasa yang sudah diajarkan ayahnya. Dan
memang seorang wurik muda cukup pinter dan lihai dalam pergaulan di
kalangannya, juga seorang yang gagah dan tampan seperti ayahnya yang
berkebangsaan portugis.
Setelah sekian lamanya merantau ke beberapa negara yang disinggahi
kapal portugis yang ditumpanginya, Wurik Muda semakin dewasa dan
akhirnya suatu waktu Wurik Muda pulang dan kembali ke kampung halamannya
yang sekarang namanya Kinilow dimana ibunya tinggal dan sebagai tempat
asal lahirnya. Ketika Wurik Muda pulang dan sampai di kampung ibunya
sudah menikah dengan seorang yang cukup disegani dikampung ini, karena
ibumnya adalah seorang yang cukup cantik di kampung, maka disuntinglah
ibunya dari Wurik muda ini oleh seorang ketua di kampung ini dan cukup
disegani karena ilmunya yang tinggi. Orang ini atau Ayah tiri dari Wurik
muda bernaman Wurik Tua. Dari kehebatan ilmu yang dipegang dari pada
Wurik Tua sehingga sangat disegani dikampungnya waktu itu. Nama “Wurik”
diambil dari nama Ayah tirinya yang bernama “Wurik”, jadi Wurik Tua
untuk ayah tirinya, sedangkan Wurik Muda untuk anaknya, yang dulunya
Wurik muda diberi nama dalam bahasa Portugis. Di masa semakin dewasa
wurik muda termasuk orang yang suka bergaul dikampung bahkan sampai
keluar kampung, apalagi ketampanannya dan pinter berbahasa asing dari
beberapa negara, maka dari itulah seorang wurik muda banyak dilirik oleh
wanita-wanita cantik baik dikampungnya maupun di luar kampung.
Selain itu seorang Wurik Muda pinter berhitung dan juga ilmu dari ayah
tirinya diturunkan kepadanya sehingga semakin dewasa Wurik Muda sering
berganti-ganti wanita atau gadis-gadis cantik apabila dia
menginginkannya. Jadi kehidupannya sukanya berkelana dari satu kampung
ke kampung lain dimana bilamana dia inginkan, sampai-sampai di seluruh
kampung yang dikunjunginya banyak orang mengenalnya dan cukup disegani
apalagi ayahnya dikenal orang yang cukup berilmu, maka dari itulah Wurik
muda terkenal dimana-mana apalagi dikalangan wanita atau gadis-gadis
cantik. Keunggulan-keunggulan dari pada wurik Muda atau dalam bahasa
Tombulu (Wurik Sombor) inilah selain tampan bertubuh tinggi besar,
pinter berbahasa dari beberapa negara maupun suku-suku di Indonesia
serta mempunyai ilmu yang diturunkan padanya dari ayah tirinya berupa
pegangan yang bisa menghilangkan dirinya, kebal barang tajam, pinter
berjudi dan pinter mengait para wanita/gadis muda serta pinter bela
diri. Itulah yang namanya seorang Wurik Muda (Wurik Sombor) di zaman
kehidupannya waktu itu. Namun perilaku dari pada Wurik Muda semakin lama
dinilai orang tuanya sudah melebihi batas-batas norma maka orang
tuanya melarangnya berbuat demikian atas perilakunya tersebut. Tetapi
karena Wurik Muda tetap saja tidak mau dinasehati akhirnya hubungan
antara ayah dan anak mulai renggang dan sering kali keduanya berbeda
pendapat. Akhirnya kedua-duanya tidak bisa saling bertemu dan bila
bertemu maka perselisihan akan terjadi. Akhirnya Wurik Muda selalu
mengalah dan pergi apabila bertemu dengan ayahnya Wurik Tua.
Demikian pula para teman-teman maupun saudara-saudara dari Wurik Tua
setelah mengetahui perilaku dari Wurik Muda maka mereka tidak
menerimanya juga. Sebelumnya mereka sangat menyayangi Wurik Muda.
Akhirnya Wurik muda berkelana sampai ke luar negeri ini dalam kurun
waktu yang cukup lama karena bisa dan mahir berbahasa asing dan beliau
cukup terkenal juga dimana dia mengunjungi tempat-tempat atau
negara-negara maupun daerah-daerah yang ada di Indonesia ini terutama
dipulau Jawa. Seorang Wurik muda biasanya berpakaian ala Portugis dengan
khasnya dengan pakaian yang banyak kancingnya, bertopi orang Portugis/
pelaut dan bersepatu portugis pula dengan sebuah pedang disamping
kirinya selalu selama bepergian. Hal ini merupakan kebiasaannya sejak
ayahnya yang berkebangsaan Portugis waktu masih bersama-sama dengannya
sampai dewasanya yang berkepribadian sama halnya orang Portugis.
Seorang Wurik muda karena pergaulannya sehingga banyak temannya sewaktu
dia hidup baik di wilayah Kinilow waktu itu maupun Kinaskas atau
kakaskasen dan sekitarnya bahkan dimana dia datangi di wilayah atau
tanah Minahasa ini bahkan sampai ke luar negeri pada masa kehidupannya.
Maka dari itu Wurik muda dimana-mana mempunyai anak buahnya beserta
ajudannya sewaktu dia sudah dewasa dan dari pengawal-pengawalnya sudah
dibekali dengan ilmu kesaktian daripadanya pula. Dizaman sekarang yakni
antara kampung Kinilow dan Kakaskasen pada perbatasan dari kedua
kampung ini kita bisa jumpai sebuah pohon damar yang besar dan rindang,
kononnya menurut cerita di tempat ini merupakan tempat pertapaannya
diwaktu itu, dan hingga sekarang masih ada beberapa Tua-tua atau para
Tonaas di wilayah kedua perkampungan ini sering mengadakan ritual-ritual
budaya untuk penghormatan dan maksud tujuan-tujuan tertentu.
Sebetulnya ilmu kesaktian dari pada si Wurik Muda (wurik Sombor) ini
cukup terkenal dikalangan masyarakat pada waktu itu seperti jaga diri
(pahpakean /pakaian), pencarian/rejeki, cari jodoh dan sebagainya sampai
pada penciptaan uang dan pengambilan benda-benda berupa pusaka dan
sejenisnya.
Namun terkadang si Wurik Sombor sendiri memberi contoh yang tidak
terpuji dihadapan orang-orang pada waktu itu dan justru dari pada
inilah beliau sering ditantang dari pada pemuka adat baik dikampunyg
maupun di luar kampung dimana dia berada, apalagi ayahnya tirinya
sendiri tadi yakni si Wurik Tua. Jadi para leluhur di zaman itu sangat
betentangan dengan perilaku dari pada wurik muda atas perilakunya yang
terkadang sudah melewati batas norma-norma yang ada, padahal diantara
para leluhur banyak yang segani kepiawaiannya, atas ilmu kesaktian yang
didapatkan dari sang ayahnya, namun halnya dari kepiawaiannya inilah
akhirnya menjadi kerenggangan dan keretakan hubungan baik dari pada
teman-temannya sendiri, petua-petua dikampung bahkan ayahnya
sendiripula. Selama perjalanan si wurik sombor ini dimasa hidupnya di
beberapa wilayah yang ada di Minahasa beliau banyak menurunkan ilmu
kepada orang-orang yang dijumpai dan sudah merupakan pengikutnya, tapi
ilmu yang diturunkannya hanya sebagian kecil dari padanya
Sebenarnya seorang Wurik Muda adalah penurut dan sangat menghormati
orang tuanya dan para tetua-tetua dikampungnya dan bahkan karena
rajinnya beliau maka sering setiap ada permasalahan di kampung para
tetua-tetua atau leluhur-leluhur yang lebih tua dari padanya waktu itu
selalu memerintahkan padanya untuk diselesaikannya baik masalah adat dan
sebagainya. Kepercayaan dari tetua-tetua ini dikarenakan ilmu yang ada
padanya dinilai sangat sakti dan lebih tinggi dari pada mereka
sendiri, maka dari itulah dimana beliau mengunjungi suatu wilayah
beliau sangat disegani dan dihormati orang-orang di kampung itu, dan
akhirnya lama kelamaan si Wurik Muda banyak pula yang tidak menerima
atas perilakunya yang dinilai sudah tidak wajar lagi dengan norma-norma
adat. Jadi itulah kehidupan seorang Wurik Muda (Wurik sombor) yang
cukup dikenal dikalangan masyarakat di zamannya waktu itu.
Di wilayah Nawanua Kinaskas atau Kampung Baru Kakaskasen Tiga sekarang
tidak jauh dari pekuburan para leluhur (waruga) ke arah Timur +
500 meter terdapat suatu batu berbentuk kepala Manguni yang kononnya
merupakan tempat persinggahan dan peristirahatan dari si Wurik Sombor
sewaktu beliau mengadakan perjalanan ke beberapa wilayah di Minahasa.
Juga menurut cerita selain dari pada Pohon damar yang besar yang
terdapat di kebun salugan yang merupakan batas kedua kampung yakni
Kinilow dan Kakaskasen sekarang adalah tempat persinggahan dan pertapaan
beliau bergitu juga halnya di tempat yang sudah disebut di atas yakni
di batu kepala manguni sama halnya demikian. Batu yang berbentuk kepala
manguni terletak tidak jauh dari 3 batu saling menghadap (watu
Pahsaruan) yang berlokasi sekarang bernama kebun Sarang, termasuk
kompleks perkampungan baru Kinaskas atau sekarang Kakaskasen Tiga. Di
tempat inilah sampai sekarang masih banyak para tua-tua di kampung atau
para Tonaas sering mengadakan Ritual adat untuk menghormatinya selain
maksud tujuan-tujuan tertentu pula. Dan tidak jauh dari tempat ini yang
hanya kira-kira 500 meter ke arah Barat terdapat kuburan (Waruga) dari
pada si Wurik Muda (Wurik Sombor) ini.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking